Beberapa Pandangan Iman Kristen Tentang Aspek Kebudayaan

Kekristenan dan Kebudayaan


Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. 
  •  Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
  • Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
  • Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memPengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.


Hubungan Iman Kristen Terhadap Kebudayaan

a. Tugas Manusia dan Kebudayaan
Dalam Kejadian 1 : 28 dikatakan “ Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka : “ beranak cuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukanlah itu”. Kata “takklukan: dalam bahasa ibrani diambil dari kata “kabash”. Istilah ini dipakai sekitar lima belas kali dalam perjanjian lama yang berarti menundukan lawan, atau menaklukkan musuh. Untuk menundukan itu membutuhkan kekuatan Implikasi yang harus dipikirkan, jika hanya sampai disini ialah tindakan sewenang – wenang manusia terhadap alam, sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan. Namun menaklukan alam, sebenarnya Adam harus memikitrkan, mengerjakan, mengusahakan, mengelola alam ini dan melestarikannya.mengalahkan bukan membinasakan, melainkan menjadikan alam bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta mengusahakan kesejahteraan dirinya dan alam semesta. Manusia mengemangkan cipta dan karsanya bagi kesejahteraan hidupnya. Inilah mandatm yang dipercayakan Allah kepada manusia.

b. Tujuan kebudayaan
Kebudayaan yang dinyatakan dalam alkitab, pada mulanyadan seharusnya bertujuan untuk memuliakan Allah (Vertikal). Apakah semua manifestasi kebudayaan di semua aktivitas manusia digunakan untuk memuliakan Allah ? apakah seni suara, musik , lukis, ukir, asitektur, teknik, imu pengetahuan, dan semua manifestasi kebudayaan pada masa kinitertuju untuk memuliakan Allah ? ataukah segala kemampuan dikerahkan untuk mendirikan menara babel ?Tujuan selanjutnya untuk meningkatkan kehidupan manusia (Horizontal). Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan yang diberikan Allah untuk meningkatkan, mempermudah manusia untuk melakasanakan pekerjaannya. Contoh dulu , kalau manusia ingin bekerja disawah hanya mengandalkan cangkul tetapi di zaman modern ini manusia dipermudah dengan kehadiran alat – alat pertanian yang serba modern. Kenyataan yang kita lihat banyak sekali hasil kebudayaan yang dipergunakan bukan untuk mengasihi Allah dan sesama manusia, melainkan untuk penyembahan berhala dan kebanggaan atau ambisi diri.

c. Kuasa Dosa dan iblis dalam Kebudayaan
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, kebudayaan telah menjadi bagian integral keberdosaan manusia. Manusia yang mengelola kebudayaan adalah manusia yang berdosa, makka kebudayaan pun iikut jatuh ke dalam dosa. Sehingga manusia dapat mengarahkan kebudayaan itu bukan untuk memuliakan Allah. Manusia dapat menciptakn kebudayaan untuk menjadikan hasil kebudayaan sabaggai berhala misalnya uang. Dalam kenyataannyatidak sedikit orang yang menganggap uang adalah segala- galanya. Mereka melakukan dan menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang. Uang sudah menggantikan Tuhan bagi dirinya. Bandingkan 1 Timotius 6 : 10 “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka”.


Ada 5 macam sikap umat Kristien terhadap kebudayaan, yakni:

1. Antagonistis atau oposisi
Sikap antagonistis atau oposisi terhadap kebudayaan ialah sikap yang melihat pertentangan yang tidak terdamaikan antara agama Kristen dan kebudayaan.Sebab akibatnya, sikap ini menolak dan menyingkirkan kebudayaan pada semua ungkapannya. Gereja dan umat beriman memang harus berkata tidak atau menolak ungkapan kebudayaan tertentu, yakni kebudayaan yang ;
a. MenghinaTuhan
b. Menyembah berhala dan
c. Yang merusak kemanusiaan.

2. Akomodasi atau persetujuan
Kebalikan dari sikap antagonis adalah mengakomodasi, menyetujui atau menyesuaikan diri dengan kebudayaan yang ada. Terjadilah sinkritisme. Salah satu sikap demikian ditujukan untuk membawa orang pada cara berfikir, cara hidup dan berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain sedemikian rupa sehingga seolah-olah semua agama sama saja.

3. Dominasi atau sintesis
Dalam gereja yang mendasari ajarannya pada teologi Thomas Aquinas. Ia menganggap bahwa sekalipun kejatuhan manusia kedalam dosa telah membuatcitra ilahinya merosot pada dasarnya manusia tidak jatuh total, manusia masihmemiliki kehendak bebas yang mandiri. Itulah sebabnya didalam menghadapi kebudayaan kafir sekalipun, umat bias melakukan akomodasi secara penuh dan menjadikan kebudayaan kafir itu sebagai bagian imam, namun kebudayaan itu disempurnakan dan disucikan oleh sakramen yang menjadi anugrah Ilahi.

4. Dualisme atau pengutuban
Yang dimaksud dengan sikap dualistis atau pengutuban terhadap kebudayaan ialah pendirian yang hendak memisahakan iman dari kebudayaan ialah ; terdapatpada kehidupan kaum beriman kepercayaan kepada karya Allah kepada TuhanYesus Kristus, namun manusia tetap berdiri didalam kebudayaan kafir. Peran penebusan Tuhan Yesus yang mengubah hati manusia berdosa menjadi manusia yang hidup didalam iman tidak lagi berarti menghadapi kebudayaan.

5. Pengudusan atau pertobatan
Sikap pengudusan adalah sikap yang tidak menolak, namun tidak juga menerima, tetapi sikap keyakinan yang teguh bahwa kejatuhan manusia kedalam dosa tidak menghilangkan kasih Allah atas manusia. Manusia dapat menerima kebudayaan selama hasil hasil itu memuliakan Allah, tidak menyembah berhala, mengasihi sesama dan kemanusiaan. Sebaliknya, bila kebudayaan itu memenuhi salah satu atau keempat sikap budaya yang salah satu itu, umat beriman harus menggunakan firman Tuhan untuk menguduskan kebudayaan itu, sehingga terjadi transformasi budaya kearah budaya yang, memuliakan Allah.