Akuntansi Persediaan

Pengertian Akuntansi Persediaan
Pengertian persediaan sangat tergantung pada jenis operasional perusahaan. Pada perusahaan dagang persediaan adalah barang-barang yang dibeli dan dijual oleh perusahaan yang bersangkutan tanpa mengadakan perubahan yang berarti terhadap barang yang bersangkutan. Dalam perusahaan industrti istilah persediaan meliputi persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Pengertian persediaan berdasarkan PSAK No. 14 Butir 4 adalah:
Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagangan dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan property lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaiaan yang sedang diproduksi oleh perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.
Dalam perusahaan industry persediaan yang dimilinya dapat dibagi sebagai beriukut:

1. Persediaan bahan baku (row material)
Adalah bahan baku yang akan digunakan untuk membuat barang jadi. Bila kita masuk kesebuah perusahaan industry garmen, maka bahan bakunya adalah kain. Bila kita masuk kesebuah perusahaan industry perabot (mebel), makan bahan bakunya adalah kayu.
2. Persediaan perlengkapan pabrik (supplies)
Adalah barang-barang yang mempunyai fungsi melancarkan proses produksi, misalnya oli mesin, bahan pembersih mesin, dan lain2.
3. Persediaan bahan penolong pabrik (indirect material)
Adalah barang atau bahan yang juga menjadi bagian dari proses produksi yang nilainya kecil-kecil, misalnya benang dan kancing pada industry garmen, atau paku, mur pada industry perabot.
4. Persediaan barang dalam proses (good in process)
Adalah bahan baku yang sudah mulai diolah kedalam proses produksi akan tetap bahan baku ini belum selesai dikerjakan, misalnya kain yang baru selesai digunting atau dijahit krahnya pada industry garmen, atau papapn yang sudah di seurt pada industry perabot.
5. Persediaan barang jadi (finished good)
Adalah barang-barang yang sudah selesai diproses menjadi barang dagang yang siap dijual kepada konsumen. Misalnya, baju atau celana bagi industry garmen, atau lemari, kursi, sofa, bagi industry perabot.

Metode pencatatan persediaan
Dalam system pencatatan persediaan barang dagangan (Merchandise Inventory) yang biasa kita pelajari adalah metode periodic, dimana pembeli barang dagangan dicatata pada rekening pembelian (Purchase) disebelah debet dan kalau menjual dbarang dagangan kita cata pada rekening penjualan (sales) disebelah kredit. Sedangkan system pencatatan persediaan barang dagangan yang lain adalah metode perpetual atau permanen. Dengan demikian metode pencatatan persediaan barang dagangan (Merchandise Inventory) ada 2 metode yaitu

1. Metode Pisik/Periodic (Physical/Periodic Inventory System)
Pencatatan transaksi persediaan barang dagangan dengan metode ini tidak langsung berkaitan dengan barang dagang yang bersangkutan. Misalnya bila terjadi pembli barang dagangan akan dicatat pada rekening khusus yaitu pembelian (purchase) dan penjualan barang dagangan dicatat pada rekening penjualan. Dengan cara ini bertambahnya barang dagangan atau berkurangnya barang dagangan atau keluar masuknya barang dagangan tidak bisa diditeksi secara langsung. Akibat dari cara ini adalah barang dagang yang tercatat dalam pembkuan perusahaan pada akhir periode adalah barang dagang pada awal periode sehingga pada akhir periode nilanya harus dihitung kembali dan disesuaikan kembali dengan persediaan akhir periode. Barang dagangan akhir periode harus dihitung secara fisiknya secara langsung agar dapat menggambarkan nilai persediaan barang dagang yang sesungguhnya dalam laporan keuangan. Dengan demikian agar nilai persediaan barangan dagangan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan tercatat sama dengan nilai persediaan dagangan akhir, maka harus dibuat jurnal penyesuaian pada akhir periode akuntansi. Jurnal penyesuaian terhadap barang dagang dapat dibuat dengan dua cara yaitu dengan metode ihktisar rugi laba dan dengan metode harga pokok penjualan.

Penyesuaian barang dagang metode ikhtisar Rugi Laba (Income Summary) adalah:

Income Summary xxx -
Merchandise Inventory (Beginning) - xxx

Merchandise Inventory (Ending) xxx -
Income Summary - xxx

Penyesuaian barang dagang metoda harga pokok penjualan (Cost Of Good Sold)

Merchandise Inventory (Ending) xxx -
Cost Of Good Sold xxx -
Purchase Dicount xxx -
Purchase Return And Allowance xxx -
Purchase - xxx
Freight in - xxx
Merchandise Inventory (Beginning) - xxx


Dalam metode ini nilai harga pokok penjualan belum bisa diketahui secara langsung dari posting jurnal-jurnal yang kita buat diatas. Dalam penyusunan harga pokok penjualan (Cost Of Good sold) disusun dengan susunan persediaan awal ditambah pembelian bersih (yaitu pembelian ditambah beban angkut masuk/freight in dan dikurangi retur pembeluan dan potongan pembelian) dan dikurangi persediaan akhir.

2. Metode Permanen/Perpetual/Terus-Menerus (Perpectual Inventory System)
Pencatatan transaksi persediaan dengan metode ini akan langsung mempengaruhi persediaan barang dagang. Misalnya untuk mencatat transaksi pembelian barang dagangan langsung dicatat pada rekening persediaan disebelah debet dan penjualan barang dagangan dicatat pula pada rekening persediaan barangan dengan disebelah kredit. Metode pencatatan ini dibantu dengan buku pembantu persediaan barangan dagangan dengan membuat kartu persediaan barang (Stock Card). Dengan demikian nilai persedian barang dagangan dapat diketahui setiap saat, dank arena nilai pada akhir periode sebesar yang tercatat dalam perkiraan persediaan barang dagangan makan tidak perlu membuat ayat jurnal penyesuaian. Metode ini juga akan langsung dapat menghitung nilai harga pokok penjualan barang, sehingga harga pokok penjualan barang tidak dalam laporan rugi laba tidak perlu dihitung lagi.


Penilaian Persediaan
Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach) Dalam pendekatan ini terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu system periodik dan sistem perpetual yang masing-masing ada tiga cara penilaian persediaan, yaitu:
a. FIFO (First in First Out)
masuk pertama keluar pertama Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli). Metode ini cenderung menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli.
b. LIFO (Last In First Out)
masuk terakhir keluar pertama Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah.
c. Metode Rata-rata (average method)
Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor.

Manfaat Penilaian persediaan dalam laporan keuangan
Persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan yaitu baik laporan laba rugi dan neraca sangat penting, karena sangat mempengaruhi nilai harga pokok penjualan, laba kotor maupun laba bersih dan aktiva (dalam neraca). Bila salah dalam menentukan nilai perseidaan akhir, maka jelas besar kecilnya harga pokok tidak benar dan laba kotor yang didapat tidak benar begitu pula laba bersihpun tidak benar, sampai pada laporan keuangan berikutnya, karena persediaan akhir nilai periode akuntansi merupakan persediaan awal periode akuntansi berikutnya. Dengan demikian nilai persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan harus ditentukan dengan benar sesuai dengan sesuai penilaian persediaan yang dipakai.