Mandiri Desaku, Cerdas Bangsaku, Sejahtera Negeriku


Mandiri Desaku, Cerdas Bangsaku, Sejahtera Negeriku


Dunia tahu kalau Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi sumber daya alam, tetapi bukan hanya sumber daya alam saja, sumber daya manusianya pun melimpah sampai sekarang Indonesia masih tetap menempati urutan ke-4 populasi manusia terbanyak di dunia, setelah Tiongkok diurutan pertama, diikuti oleh India, Amerika Serikat dan Indonesia. Walaupun sumber daya manusia Indonesia melimpah, namun sayang sekali Indonesia masih mengalami ketimpangan dalam hal pendidikan, mengakibatkan makin banyaknya SDM produktif menjadi tak produktif, sehingga fenomena kemiskinanpun makin banyak.

Ada beberapa masalah menyangkut kesejahteraan dan pendidikan di Indonesia, selama ini pembangunan berpusat pada kota-kota besar saja, sehingga kemiskinan dan gagap teknologi terjadi bagi masyarakat desa, hal ini disebabkan karena mereka mendapatkan pendidikan yang kurang memadai, tidak layak dan malah ada yang tidak bisa mendapatkan pendidikan sama sekali karena jarak tempuh antara rumah dan sekolah sangat jauh, Negara bisa dikatakan masih kurang memperhatikan masyarakat desa, padahal jika masyarakat desa diberdayakan melalui pendidikan, akan dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Maksudnya seperti apa ? maksudnya adalah setiap desa pasti mempunyai sumber daya alam yang dapat dikelola. Contohnya seperti, waduk irigasi yang bisa dijadikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), kotoran hewan ternak yang bisa dijadikan Pembangkit Listik Tenaga Biogas mengingat masih ribuan desa yang belum teraliri listrik, membuat kelompok masyarakat cerdas bertani dan beternak, masih banyak hal yang dapat dilakukan pemerintah jika benar-benar fokus ingin mensejahterakan desa.

Spirit negara dalam membangun desa mandiri jika menjadi prioritas dalam perjalanannya pasti akan menghantar masyarakat desa untuk semakin cerdas dan produktif. Membangun desa secara mandiri dapat menepis anggapan dimana desa menjadi sebuah tempat yang kerapkali dipandang sebelah mata atau seperti yang paling lemah, terkesan jauh dari sikap mandiri, dan kadang dianggap bukan tempat yang modern. Karena itulah sebabnya, membangun desa berarti kita harus mengubah pola fikir masyarakat desa lewat pendidikan dan memberdayakan masyarakatnya untuk bisa maju, minimal masyarakat desa tidak gagap terhadap teknologi.

Listrik bisa dikatakan sebagai pintu masuk berjalannya perekonomian bagi warga desa, jika listrik tidak ada maka perekonomian dapat dipastikan akan terhambat, karena bagi masyarakat desa listrik bisa dipakai guna meningkatkan nilai tambah hasil panen masyarakat contohnya seperti mengeringkan coklat, kopi, minyak sereh, dan lainnya. Belajar dari seorang ibu bernama Sri Mumpuni, ia adalah seorang ibu dari dua orang anak yang dianggap pahlawan bagi banyak masyarakat desa terpencil yang ada di Indonesia. Ibu dari dua orang anak ini sangat dikagumi karena mampu membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro sebagai energi listrik bagi wilayah desa yang terpencil di Indonesia, khususnya desa-desa yang belum tersentuh sedikitpun listrik dari PLN. Bukan cuma satu PLTMH yang dibangunnya, tetapi sudah ada puluhan desa yang dibantunya, yang lebih mencengangkan ia bukan saja mampu membangun sebuah PLTMH tetapi mampu memberdayakan masyarakat dalam mengelola listriknya secara mandiri. 

Kerapkali juga desa diidentik dengan bau kotoran dari hewan ternak masyarakat, tetapi di Desa Banyubang, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, di desa ini kotoran ternak di ubah menjadi sebuah ide yang cemerlang. Desa banyubang mempunyai pola terintegrasi dalam pengelolaan pertanian dan peternakannya, dimana pola ini mempunyai konsep nol limbah. Konsep ini membangun sebuah alur yang menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Komoditas utama desa ini adalah tanaman jagung, ketika panen, batang dan tongkol jagung tidak begitu saja langsung dibuang, namun dimanfaatkan masyaratakat desa untuk menjadikannya pakan sapi, baik yang sudah difermentasi atau tanpa sama sekali melewati fermentasi. Mengingat pakan sapi yang sehat karena bahan makanannya alami, dapat dipastikan makanan ini akan sangat baik buat ternak sapi masyarakat desa. Kotoran sapi yang biasanya jadi limbah peternakan, sekarang dapat diolah menjadi biogas yang mampu menghasilkan energi listrik, bahkan limbah biogas pun dapat kembali di olah menjadi pupuk untuk kebutuhan pertanian. Sistem yang terintegrasi seperti ini sangat baik dimana bisa mengurangi limbah, tetapi juga dapat memberikan keuntungan yang berlipat bagi warganya.

Kemiskinan selalu berpusat pada desa, dimana desa dianggap mempunyai keterbelakangan mengenai teknologi, serta penumpukan angkatan kerja yang produktif tetapi menganggur karena kurangnya pendidikan yang layak sehingga mereka hanya bisa menunggu peruntungan untuk mendapatkan pekerjaan. Desa Kaliabu, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, dapat menjadi contoh bagi desa yang angkatan produktifnya menjadi benar-benar produktif. Desa ini mempunyai sebuah komunitas bernama Rewo-Rewo, dalam komunitas ini ada ratusan pemuda yang mampu mendesain memakai aplikasi komputer. Contohnya seperti aplikasi Corel Draw dan Adobe Photoshop. Tetapi siapa yang dapat menyangka bahwa pemuda-pemuda dari desa ini dapat mendesain sebuah logo yang dapat dijual hingga ke luar negeri yang diakui oleh dunia internasional. Dari desa ini banyak lahir pemuda yang cerdas dan kreatif yang bahkan mampu untuk memenangkan lomba desain logo bertaraf internasional, bukan cuma satu pemuda, tetapi banyak pemuda yang sudah memenangkan lomba, bahkan dari profesi ini kesejahteraan masyarakatnya makin meningkat dan malah menjadikanya profesi tetap. Hal yang unik adalah pemuda-pemuda di desa ini awalnya belajar secara otodidak dari salah seorang penggagasnya yaitu Muhammad Abdul Bar, melihat pemuda-pemuda ini makin sukses dengan profesi desain logo, maka makin banyaklah pemuda yang tertarik untuk belajar.

Kesan lama mengenai anggapan dimana desa menjadi sebuah tempat yang dipandang sebelah mata atau yang paling lemah, tidak mandiri, dan tidak modern. Dapat ditepis jika pemberdayaan dapat dilakukan. Desa adalah dimana kita bisa mendapat kesan romantis masa lalu, menjaga desa adalah tugas kita dan bukan cuma pemerintah saja, banyak pelopor yang sudah membuktikannya. Membangun desa berarti membangun negeri, karena desa adalah bagian dari NKRI. Mereka berhak untuk diberdayakan agar mampu bersaing dengan lajunya zaman modern. Jika Ibu Sri Mumpuni atau Pak Muhammad Abdul Bar yang dulunya seorang supir mampu menjadi pelopor mengubah wajah desa. Oleh karena itu, akan terlihat arif dan bijaksana jika kita ikut berperan serta dalam pembangunan guna menyelesaikan inti masalahnya. 

Kini sebuah pokok masalahnya sudah mulai tergambar jelas. Desa dan masyarakatnya harus dibangun. Meninggalkan desa dan tidak memperhatikan desa berarti kita meninggalkan kesan bahwa desa adalah bukan lagi tempat yang romantis untuk kembali ke masa lalu. Rasa kebangsaan dan nasionalis harus ditumbuhkan untuk pemerataan pembangunan. Bahkan kita pun dituntut untuk membuat dan menjadikan desa sebagai sebuah subjek dan bukan objek pembangunan. Karena jika Desa Mandiri, maka cerdaslah masyarakatnya, negeri makin sejahtera karena tidak ada masyarakat yang tidak berpengatahuan.

 #InspirasiIndonesiaTMMINspirasi  #Inspirasi_Indonesia_TMMINspirasi