Teori Kuantitas Uang, Teori Keynes


Teori Kuantitas Uang
Teori kuantitas uang merupakan teori yang mengemukakan adanya hubungan langsung antara perubahan jumlah uang yang beredar dengan perubahan harga barang.
Hubungan tersebut dapat dikemukakan bahwa harga barang berbanding lurus dengan jumlah uang yang beredar. Teori kuantitas tersebut dikemukakan oleh Irving Fisher, dengan rumus sbb :
MV = PT
• M = Money in circulation (jumlah uang yang beredar)
• V = Velocity of circulation (kecepatan peredaran uang)
• P = Price (tingkat harga rata-rata barang)
• T = Trade (jumlah barang yang diperdagangkan)

Dari persamaan tersebut dapat diketahui hal sbb :
• Apabila terdapat perubahan pada M atau V, maka akan mengakibatkan perubahan yang sebanding terhadap P.
• Apabila terdapat perubahan terhadap T maka akan terjadi perubahan yang sebaliknya terhadap P.

Kecepatan laju peredaran uang ditentukan oleh :
• Kebiasaan pembelanjaan konsumen
• Frekuensi pembayaran pendapatan
• Praktek-praktek bank
• Keadaan psikologi umum

Teori kuantitas yang dikemukakan oleh Davanzati, dirumuskan sbb :
M = P x T
• M = Money in circulation (jumlah uang yang beredar)
• P = Price (tingkat harga barang)
• T = Trade (jumlah barang yang diperdagangkan)
Teori kuantitas tersebut belum seluruhnya tepat karena belum memperhitungkan kecepatan peredaran uang.

Teori Keynes Tentang Permintaan Uang
Permintaan uang menurut Keynes adalah jumlah uang yang diminta masyarakat untuk keperluan transaksi, berjaga-jaga dan untuk spekulasi dalam sebuah perekonomian.
Menurut John Maynard Keynes, ada 3 motif yang mempengaruhi permintaan uang tunai oleh masyarakat, yaitu :

1. Motif transaksi, merupakan motif memegang uang untuk melakukan transaksi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini dilakukan setiap hari oleh setiap individu.
Bila seseorang digaji dalam harian, maka ia akan memegang uang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang menerima gaji bulanan. Menurut Keynes, orang rata-rata akan memegang uangnya sebesar Y/2. Apabila ia menerima gaji Rp.300.000,-/bln, maka ia akan rata-rata memegang uangnya sebesar Rp. 150.000,-
Mdt = f(Y)
Dimana :
Mdt = motif transaksi
Y = pendapatan

2. Motif berjaga-jaga, merupakan motif yang akan digunakan untuk menghadapi ketidakpastian masa yang akan datang.
Motif ini juga tergantung dengan seberapa banyak uang yang dihasilkan oleh setiap individu, jika semakin besar maka uang yang digunakan untuk berjaga-jaga juga relatif lebih besar. Jadi motif ini juga dipengaruhi oleh pendapatan.
M1 = Mdt + Mdp
M1 = f(Y)
Dimana :
Mdt = motif transaksi
Mdp = motif berjaga-jaga
Y = pendapatan

• Motif spekulasi, merupakan motif yang menyatakan bahwa uang merupakan salah satu alternatif bentuk aset selain bentuk aset lainnya.
Misalnya, kita memegang uang untuk berjaga-jaga dan mengantisipasi jika kalau nantinya ada surat berharga yang kita rasakan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga dapat memperoleh keuntungan ataupun pendapatan dari kepemilikan surat berharga tersebut.
m2 = g(i)
Dimana :
m2 = permintaan uang untuk spekulasi
i = suku bunga


Implikasi Teori Permintaan Uang Keynes
Teori permintaan uang Keynes mempunyai implikasi bahwa fungsi permintaan akan uang (liquidity preference) adalah fungsi yang tidak stabil, dalam arti bahwa fungsi ini bisa bergeser dari waktu ke waktu. Hal ini karena Keynes menekankan faktor ketidakpastian (uncertainly) dan harapan akan masa depan (expectation) dalam menentukan posisi permintaan uang untuk tujuan spekulasi.

Karakteristik Teori Ekonomi Keynes
Keynes memiliki beberapa karakteristik yang dapat dibedakan dengan pemikiran ekonomi klasik pada pasar barang, yaitu :
• Perekonomian tidak selalu dalam keadaan full employment artinya bahwa keseimbangan pasar (equilibirum) tercapai pada keadaan di mana pasar mengalami kelebihan atau kekurangan produksi. Keadaan ini terjadi karena menurut Keynes bahwa tidak berlakunya proses pertukaran (hukum Say) di mana tidak semua penghasilan dibelanjakan karena ada sebagian yang ditabung.
• Perlu adanya campur tangan pemerintah untuk mengatasi masalah kegagalan pasar (market failure) karena timbulnya distorsi (aturan) di pasar.
• Analisis ekonomi lebih menekankan analisis jangka pendek karena persoalan ekonomi lebih banyak menyangkut persoalan jangka pendek yang harus diatasi. Dari Keynes menyatakan persoalan jangka panjang yaitu meninggal.
• Lebih menekankan analisis ekonomi dari sisi permintaan.